Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 25 Maret 2025
Hari Raya Kabar Sukacita
Yes 7:10-14; 8:10
Mzm 40:7-11
Ibr 10:4-10
Luk 1:26-38
Rahmat Ilahi
“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” – Luk 1 : 28
Terkadang kita tidak menyadari bahwa hidup adalah pemberian Tuhan yang luar biasa. Walaupun kita juga sering mengalami hal-hal yang membuat kita berduka, tetapi hidup ini membuat kita dapat melakukan dan merasakan banyak hal. Tetapi kalau kita memilih untuk menutup mata, maka apa yang bisa kita lakukan? Apa yang bisa kita rasakan? Apa yang bisa kita pikirkan?
Hidup ini tidak sekedar hanya berpikir tentang diri sendiri, kemauan, dan harapan kita sendiri. Lebih dari itu, hidup ini adalah sebuah pengabdian yang adakalanya menuntut ketaatan total dari diri kita. Tak dapat dipungkiri, kemajuan zaman semakin menjadikan hidup adalah sebuah kebebasan yang tidak terbatas.
Kita dapat mengambil teladan ketaatan dari Bunda Maria yang didasari oleh kebebasan untuk memilih dan menjawab panggilan yang diperolehnya. Bunda Maria memilih untuk menjalani panggilan hidupnya bagi kepentingan umat manusia, bukan demi dirinya sendiri. Ada sebuah pertanyaan, “ Apakah Bunda Maria berhak untuk menolak panggilan Ilahi tersebut?”. Tentu saja boleh. Kalau boleh menolak, apakah rahmat Allah akan berhenti sampai di sana? Tentu saja tidak. Mungkin saja Allah akan memakai cara yang lain atau memilih orang lain.
Demikian juga dengan hidup kita. Hidup kita ini adalah sebuah rahmat yang Ilahi, dimana kita juga diminta untuk turut serta mengambil bagian dari keselamatan hidup. Tetapi apakah kita menyadari dan menerima tanggung jawab ini secara bebas? Ataukah kita mengira bahwa kita tidak punya pilihan selain menerima?
Pilihan ada di tangan kita. (An).
Apakah saya menyadari rahmat Ilahi dalam hidup ini?
No responses yet