Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 26 Desember 2017
Kis 6:8-10; 7:54-59
Mzm 31:3-4,6,8,16-17
Mat 10:17-22
Kasih setia
Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
– Mat 10:22
Dibenci dan dianggap aneh oleh orang sekitar mungkin menjadi konsekuensi ketika kita memilih untuk menjadi murid-Nya. Dibutuhkan proses dan perjuangan untuk dapat mempertahankan apa yang menjadi pilihan kita sehingga orang-orang dapat mengerti dan menghormatinya. Terkadang, perjuangan itu bahkan sampai harus membahayakan jiwa kita.
Seperti halnya yang dialami oleh Santo Stefanus yang merupakan martir pertama. Banyak hal yang harus ia alami ketika bersaksi tentang Kristus. Ia diseret dan dirajam sampai mati. Cintanya yang begitu besar kepada Kristus memberinya kekuatan yang luar biasa sehingga ia tetap berpegang teguh pada kesetiaannya terhadap Kristus sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tidak hanya itu, cintanya yang begitu besar pada Tuhan juga membuatnya mampu memaafkan musuh-musuhnya yang menyiksanya sampai akhir.
Kisah Santo Stefanus yang begitu luar biasa membuat saya melihat betapa dahsyat kekuatan sebuah kasih setia (baca: the power of love). Kasih memampukan kita untuk dapat tegar dan kuat dalam menghadapi semuanya. Kasih memampukan kita untuk dapat memaafkan sesama. Kasih membuat kita menjadi seorang yang sabar dan tidak reaktif. Kasih membuat kita tidak egois dan berfokus untuk kebahagiaan sesama. Kasih memampukan kita untuk tetap setia sampai akhir.
Santo Stefanus telah melakukan apa yang menjadi bagiannya, mari kita melakukan apa yang menjadi bagian kita dengan meneladaninya, yang memiliki kasih setia sampai akhir kepada Bapa. (Cr)
Sudahkah saya mewujudkan kasih kepda-Nya melalui sesama?
No responses yet