Renungan Katolik “Bahasa kasih”
Selasa, 26 Januari 2016
2Sam 6:12b-15,17-19
Mzm 24:7-10
Mrk 3:31-35
WE ARE ONE FAMILY
Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibuKu. – Mrk 3:35
Perjalanan kehidupan pasti diwarnai beraneka perasaan. Bahagia, sedih, kuatir, kecewa, bangga, dan masih banyak perasaan yang lain. Umumnya, perasaan sedih yang lebih lama bertahan. Ketika mengalami peristiwa menyedihkan, terkadang kita terlalu mendramatisir sehingga sering terpuruk atau terhanyut cukup lama di dalamnya. Keterpurukan itu membuat kita semakin tidak dapat melihat kebaikan yang dapat dipetik dari peristiwa tidak menyenangkan yang kita alami itu.
Saya pun pernah mengalami suatu pergumulan yang cukup panjang dalam pekerjaan. Rasanya, lebih banyak sedihnya daripada sukanya. Dijerumuskan oleh senior, dicurigai, tidak disukai karena dianggap sebagai saingan atau karena menemukan kesalahan rekan dalam bekerja, dan masih banyak pengalaman yang tidak menyenangkan lainnya. Sampai-sampai, setelah saya pindah kota pun, mereka masih mengejar dan memprovokasi tim di kota tersebut agar juga tidak menyukai saya. Namun saya bersyukur, di balik semua pengalaman itu, saya tetap bisa merasakan ketenangan dan kekuatan Tuhan lewat dukungan orang-orang terdekat saya.
Setelah beberapa waktu berlalu, saya baru mengerti kalau Tuhan menggunakan orang-orang tersebut untuk membentuk pribadi saya menjadi lebih baik lagi. Tuhan juga menyadarkan saya bahwa keberadaan orang-orang di sekitar saya membuat hidup saya menjadi lebih berwarna dan berarti. Karena keberadaan merekalah, hidup saya menjadi lengkap dan sempurna. Saya belajar untuk mengasihi sesama karena we are one family in His wonderful plan. (Cr)
Apakah saya mampu mengasihi orang-orang yang membenci saya?
No responses yet