Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 26 November 2016
Why 22:1-7
Mzm 95:1-7
Luk 21:34-36
LUBANG PURBAKALA
Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. – Luk 21:34
Dunia telah berevolusi dengan sangat pesat. Dulu orang menggunakan emas batang dan koin untuk bertransaksi, sekarang hanya perlu menggesekkan kartu kredit. Dulu butuh waktu panjang untuk melintasi benua, sekarang hanya dalam hitungan jam.
Banyak hal yang sudah berudah sejak jaman dulu hingga sekarang. Namun satu hal yang tidak pernah berubah adalah ketertarikan manusia akan pesta pora. Bentuk pesta pora mungkin berubah, tapi esensinya tetap sama: manusia ingin memanjakan egonya dengan kemabukan dan harta yang berlimpah. Bukan artinya Tuhan tidak mengizinkan kita membuat perayaan. Bahkan gerejapun merayakan peristiwa penting yang layak untuk diagungkan. Namun yang menjadi masalah adalah ketika kita menjadi terlalu terikat kepada pesta pora dan kemewahan sehingga menjadikannya bagian dari identitas diri kita.
Ada orang-orang yang membutuhkan pengakuan sosial untuk merasa dirinya berharga, sehingga rela menghabiskan hartanya hanya untuk memiliki penampilan yang memukau. Padahal jati diri kita tidak dapat dinilai dari apa yang kita miliki atau kenakan.
Dunia memang telah banyak berubah. Tapi peringatan Tuhan masih tetap relevan hingga sekarang. Jangan sampai kita terjebak dalam lubang purbakala. Bersyukurlah kita memiliki Tuhan yang tidak bosan memperingatkan agar kita tidak terjatuh. Lebih mudah menghindari lubang itu daripada terlanjur jatuh dan harus susah payah berusaha untuk keluar dari sana, bukan? (Hd)
Apakah saya terikat pada pesta pora dan kemewahan? Apakah saya bisa melepaskan diri dari hal itu?
No responses yet