Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 26 Oktober 2017
Rm 6:19-23
Mzm 1:1-4,6
Luk 12:49-53
Damai yang semu
Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.
– Luk 12:51
Saya seorang berkepribadian plegmatis yang tumbuh dalam keluarga yang hampir semuanya setipe. Memang tidak 100%, namun inilah tipe yang cukup dominan dalam keluarga saya. Karena itu, jarang sekali ada pertengkaran di antara kami. Seringkali kami sama-sama merasa tidak enak jika ada perselisihan pendapat. Mungkin, sikap kami terlihat seperti adu cepat mengalah.
Kenyataannya, hal ini juga membawa hal yang kurang baik. Dengan saya mudah mengalah, saya juga jadi mudah “menghilangkan” masalah. Masalah bisa saya anggap tidak ada dan saya terlalu cepat move on, padahal sebenarnya ada masalah yang perlu dibicarakan dan mungkin diperdebatkan. Akhirnya saya jadi terlihat seperti menghindari masalah dan saya baru menyadari hal ini ketika sudah dewasa, bekerja, dan menikah.
Ternyata kedamaian yang saya miliki dulu adalah sesuatu yang semu. Karena semua pihak menghindari masalah, meski semua terlihat baik dan damai, namun sebenarnya masalah tidak terselesaikan. Saya tahu, saya tidak bisa menghindari masalah seperti dulu dan harus menghadapinya dengan berani.
Yesus tidak menginginkan kedamaian yang semu. Ia datang membawa ajaran cinta kasih yang mungkin menjadi pertentangan bagi sebagian orang, namun pada akhirnya, kedamaian yang murni dan ilahi itulah yang Ia harapkan bagi seluruh umat manusia. (Aw)
Bagaimana cara saya untuk memiliki kedamaian yang sejati?
No responses yet