Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 26 September 2017
Ezr 6:7-8, 12b,14-20
Mzm 122:1-5
Luk 8:19-21
PERSAUDARAAN
Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. – Luk 8:21
Waktu masih duduk di bangku sekolah, saya diajari bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya, manusia tidak bisa hidup sendirian. Pernah menonton film “Cast Away” yang dibintangi Tom Hanks? Begitulah jadinya manusia ketika terasing sendirian di pulau terpencil selama bertahun-tahun dan hanya berteman dengan sebuah bola voli. Ya, karena manusia membutuhkan teman. Manusia tetap tidak akan pernah bisa hidup sendirian sekalipun sudah terasing sekian lama. Bahkan bola volipun dianggapnya hidup dan dijadikan teman.
Maka itu, hidup dalam komunitas sangatlah penting. Memiliki keluarga kedua dalam Kristus yang berjuang bersama dalam menghadapi tantangan hidup. Bukan berarti keluarga kita sendiri tidak cukup, tapi kita membutuhkan orang-orang yang berdiri di samping kita yang juga dapat membantu kita mempertahankan iman. Persaudaraan semacam ini sangatlah indah. Karena meskipun tidak memiliki hubungan darah sama sekali, kita dapat tetap saling mengasihi dalam Kristus.
Ikatan persaudaraan ini bukanlah sesuatu yang ditakdirkan seperti dalam keluarga mana kita dilahirkan, melainkan merupakan pilihan kita sendiri ketika kita sudah bertumbuh dewasa. Berada dalam komunitas juga membantu kita memperkaya diri kita.
Tak ada orang yang dapat hidup sendiri. Tak ada orang yang dapat berjuang sendiri mengatasi kehidupan ini. Semua orang pasti membutuhkan orang lain. Semua orang pasti memerlukan kasih Kristus yang datang dari orang lain. Dengan hidup berkomunitas, kita bisa mendapatkannya. (Hd)
Sudahkah saya hidup dalam komunitas?
No responses yet