Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 27 Februari 2016
Mi 7:14-15,18-20
Mzm 103:1-4,9-12
Luk 15:1-3,11-32
UNDANGAN UNTUK KEMBALI
Aku akan bangkit dan pergi kepada Bapa-Ku.. – Luk 15:18
Saya sering mendengar ucapan “di dunia ada mantan istri atau mantan suami, tapi tidak ada mantan anak”. Meskipun dalam iman kita tidak mengenal kata perceraian, tapi toh hal itu kerap terjadi. Namun memang benar tidak ada yang namanya “mantan anak”.
Seburuk apapun, senakal apapun, pasti orang tua akan ikut sedih dan tetap mengasihi anaknya. Ketika mereka menyesali kesalahannya dan memutuskan untuk kembali, orang tua akan tetap selalu membuka hatinya untuk menerima kembali.
Dalam hidup iman kita, sekali kita disebut anak Allah, maka itulah identitas kita sampai kita bertemu Bapa di surga. Apapun yang kita lakukan, kita tidak bisa melepaskan diri sebagai anak Allah. Bapa tidak pernah menjauh dari kita, meski kita mengingkari-Nya. Bapa selalu setia menanti kita, seperti yang dituliskan oleh penulis Kitab Wahyu, bahwa Yesus selalu mengetuk pintu hati kita.
Bagi kita yang merasa jauh dari Allah, cobalah kita lihat apakah kita sudah terlalu banyak melakukan yang tidak berkenan kepada Allah. Dengan identitas kita sebagai anak Allah, marilah kita menjadi seperti anak bungsu yang menyadari segala dosa dan kesalahan kita dan beranikan diri kita untuk melangkah kembali kepada Bapa. Marilah kita sambut pelukan Bapa yang mengatakan, “Welcome home, My child.” (An)
Apakah saya berani untuk melangkah kembali kepada Bapa dan mengakui segala kesalahan yang telah saya lakukan?
No responses yet