Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 27 Mei 2022
Kis 18:9-18
Mzm 47:2-7
Yoh 16:20-23a
Kemenangan Atas Dukacita
kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. – Yoh.16:20c
Tidak ada orang yang mau mengalami penderitaan, apalagi penderitaan yang berkepanjangan, yang menguras tenaga, waktu, pikiran dan perasaan. Pengalaman berharga ini membentukku untuk belajar mengubah sikap hati dan cara berpikir, sehingga aku berhasil keluar dari badai hidup yang kualami.
Perlu disadari bahwa dalam kehidupan selalu ada suka dan duka, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberhasilan dan kegagalan yang harus dihadapi dengan iman yang teguh. Kesulitan dan penderitaan yang kualami merupakan KESEMPATAN bagiku untuk semakin mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatanku sendiri. Dan meyakini setiap pergumulan selalu ada masa EXPIREDnya. Yang terpenting aku berusaha melakukan yang TERBAIK dengan berserah diri pada Tuhan.
Tinggal bersama dengan orang yang egois, malas, pelit, dan tidak peka rasanya membuat hatiku menjerit. Apalagi saat itu aku tidak punya ART sedangkan aku sedang hamil. Jangankan membantu membereskan rumah, kamar tidurnya sendiri jarang dibersihkan. Bisa membeli banyak buah jeruk untuk klien-kliennya, tapi tak sebuah jeruk pun yang ditinggalkan di rumah. Dan masih banyak kejadian yang menyebalkan. Bertahun-tahun aku tenggelam dalam kemarahan dan kebencian namun Tuhan memPROSESku untuk belajar mengasihi dan mengampuninya. Ketika pengampunan terjadi, SUKACITA memenuhiku sehingga aku mampu mengasihinya lebih lagi dan menerima segala kekurangannya. Aku pun bisa lebih solider dan berbela rasa dengannya. (TL).
Maukah aku belajar mengubah dukacita menjadi sukacita? Melepaskan kepahitan hidup dengan berserah diri pada-Nya?
No responses yet