Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu , 28 Agustus 2022
Hari Minggu Biasa XXII
Sir 3:17-18,20,28-29
Mzm 68:4-7,10-11
Ibr 12:18-19,22-24a
Luk 14:1,7-14
Sukacita Dalam Memberi
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. – Luk.14:13
Ada seseorang yang bercerita, jika ia menerima suatu pemberian dari teman atau kerabat, ia merasa harus membalas pemberian tersebut karena merasa tidak enak jika hanya menerima saja. Yang terjadi saat ia membalas pemberian seseorang, orang tersebut akan membalas dengan pemberian yang lain lagi, sehingga kegiatan saling membalas terjadi terus-menerus. Hal itu tidak menjadi masalah jika ia adalah orang yang berkecukupan, sehingga ia melakukannya dengan tulus ikhlas. Meski bukanlah orang yang berkekurangan, terkadang ia masih harus berhemat di sana-sini untuk bisa mencukupi kebutuhannya; sehingga melakukannya, sering terasa berat. Apalagi kegiatan saling memberi ini tak hanya dilakukan oleh satu orang saja. Akhirnya tidak ada ketulusan dan yang ada hanyalah rasa terpaksa, terpaksa memberi karena telah diberi.
Suatu waktu, karena keterbatasan dana yang dimiliki, ia memutuskan untuk tidak membalas pemberian seorang teman. Namun, ia mengikuti dorongan hatinya untuk mendonasikan uangnya pada sebuah panti asuhan. Ia tahu panti asuhan itu tidak mungkin membalas pemberiannya, namun justru sukacita yang ia dapatkan atas pemberiannya tersebut. Ternyata memberi sesuatu kepada orang-orang yang tidak bisa membalasnya justru memberikan sukacita yang jauh lebih besar daripada memberi lalu mendapatkan balasannya. Melihat senyum bahagia orang-orang miskin atau tidak mampu, memberikan kebahagiaan tersendiri kepada kita; dan bonusnya, kita akan mendapatkan balasannya di Sorga nanti. (Vn).
Apakah kita memberi dengan tujuan mendapatkan balasan atau melakukannya dengan ikhlas?
No responses yet