Renungan Katokik, “Bahasa Kasih”
Senin, 28 Agustus 2017
1Tes 1:2b-5,8b-10
Mzm 149:1-6a,9b
Mat 23:13-22
SAYA MUNAFIK?
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. – Mat 23:13
Munafik berarti pura-pura percaya atau setia, mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Kata Yunani untuk munafik adalah “hypocritos” yang juga dipakai untuk aktor atau pemain teater yang mampu memerankan berbagai karakter yang tidak sama dengan kehidupan mereka yang sebenarnya. Munafik berarti apa yang terlihat di luar berbeda dengan apa yang ada di dalam.
Seorang ayah menjadi munafik ketika ia mengajarkan kejujuran kepada anak-anaknya, tetapi ia sendiri bersikap tidak jujur dalam pekerjaannya. Atau seorang guru yang menjelaskan bahaya merokok kepada murid-muridnya, namun ia sendiri tak bisa lepas dari kebiasaan tersebut. Bisa juga seorang ibu yang senantiasa mengingatkan anak-anaknya untuk berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan, tapi sikapnya menunjukkan ketidakpercayaan akan pemeliharaan dan penyelenggaraan Tuhan dalam hidupnya.
Dalam hubungannya dengan ibadah, orang munafik menghayati aktivitas keagamaannya hanya sebagai kewajiban. Apa yang dilakukan hanya ritual, tidak menjadi kekuatan rohani yang muncul dalam tindakan. Misa dan doa hanya sebatas di bibir, tidak dihayati sampai ke hati, apalagi dalam perilaku sehari-hari. Sikap seperti ini sangat mungkin menjadi penghalang bagi orang lain untuk datang kepada Kristus. Marilah kita hidup sesuai dengan panggilan dan iman kita. (Yo)
Ya Tuhan, jauhkanlah saya dari sikap munafik.
No responses yet