Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 28 Februari 2018
Yes 18:18-20
Mzm 31:5-6,14-16
Mat 20:17-28
Pancaran Kasih
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. – Mat 20:28
Mungkin banyak dari antara kita, termasuk saya, yang ingin hidup bagaikan seorang raja. Segala sesuatunya ingin dilayani dan sudah tersedia. Apalagi pola hidup masyarakat sekarang ini maunya serba instan dan praktis. Segala sesuatu dapat dibeli dengan uang dan mendapatkan kenyamanan menjadi raja.
Sungguh sangat disayangkan, apalagi kita yang mengaku sebagai murid-Nya. Sebagai murid Yesus, seharusnya kita meneladani-Nya, tetapi kita malah memilih untuk hidup seenaknya dan mengikuti keinginan diri sendiri.
Belajar dari pribadi-Nya dalam bacaan hari ini, saya kembali diingatkan untuk meneladani-Nya sebagai seorang “pelayan”. Dengan menjadi seorang pelayan, kita belajar untuk tidak egois, mendahulukan orang lain, lebih banyak memberi daripada menuntut untuk menerima, dan masih banyak lagi.
Memang, menjadi seorang “pelayan” tidak mudah karena sebelum melayani, kita perlu merendahkan diri terlebih dahulu dengan meninggalkan segala ke-aku-an kita. Tetapi jika kita melihat Yesus yang merupakan Raja di atas segala raja saja mau memberikan diri untuk melayani orang lain, maka kita yang mengaku sebagai murid-Nya juga akan dimampukan untuk melakukannya.
Mari kobarkan semangat melayani yang Ia ajarkan sehingga semakin banyak orang yang dapat merasakan kasih-Nya lewat keberadaan kita.
Yesus, terima kasih untuk teladan-Mu yang begitu luar biasa. Jadikan kami sebagai pancaran kasih-Mu. Amin. (Cr)
Sudahkah saya menjadi pancaran kasih-Nya dalam keseharian saya?
No responses yet