Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 29 April 2018
Kis 9:26-31
Mzm 22:26-28,30-32
1Yoh 3:18-24
Yoh 15:1-8
Sang Pokok Anggur
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. – Yoh 15:5
Dulu, saya suka menjadi pembicara rohani, karena apa yang saya sampaikan dapat menginspirasi para pendengar dan membuat mereka belajar sesuatu yang baru. Saya juga senang saat berdiskusi iman karena dapat memberikan perspektif yang dapat dimengerti oleh teman diskusi saya dan ada pelajaran baru yang didapatnya.
Bagi saya, diskusi adalah sebuah seni. Tidak penting seberapa banyak pengetahuan yang saya punya, tetapi seni mendengarkan dan menjelaskan justru lebih penting. Sekalipun diskusi yang terjadi cukup panjang dan lama, namun saya sangat menikmatinya.
Meski demikian, hasil akhir dari diskusi yang pernah saya lakukan tidak selalu berakhir sesuai harapan. Ada yang tidak puas karena merasa saya tidak punya jawaban yang dicari; ada yang tetap merasa ragu, tetapi ada juga yang menjadi semakin teguh. Tapi sekali lagi, saya menyadari bahwa bukan tugas saya untuk mengubah hati mereka, karena hanya Tuhan yang sanggup mengubah seseorang. Saya hanya menjadi perantara dan menyampaikan apa yang bisa saya bagikan.
Saya hanyalah ranting dan Tuhanlah sang Pokok Anggurnya. Jangan sampai menjadi terbalik menempatkan diri kita. Bila orang itu tidak berubah, maka saya yang bertanggung jawab dan terus mengupayakan sampai memaksa dengan ancaman supaya ia berubah, seakan Tuhan hanya bisa diam.
Marilah kita menyadari bahwa apapun yang kita lakukan, Tuhan adalah sang Pokok Anggur dan kita hanyalah ranting-Nya. (Aw)
Apakah saya sudah melihat kehadiran Tuhan dalam kesuksesan dan pencapaian saya?
No responses yet