Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 29 Februari 2016
2Raj 5:1-15a
Mzm 42:2-3; 43:3-4
Luk 4:24-30
RASA TERTOLAK
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. – Luk 4:24
Suatu hari kami sekeluarga mengikuti perayaan Ekaristi. Di dalam gereja, anak saya berjalan ke sana kemari dan membuat suara-suara selayaknya anak kecil, tapi bukan menangis ataupun berteriak. Suaranya pun tidak keras. Namun ternyata ada yang merasa terganggu dan menyarankan agar anak saya diam. Sayapun berusaha mendiamkannya, tetapi yang namanya anak-anak, ia belum mengerti untuk diam sepenuhnya.
Ketika perayaan Ekaristi hampir selesai, ternyata kami diminta untuk keluar demi menjaga ketenangan dan tidak mengganggu. Kami begitu merasa tertolak dan kecewa karena menurut saya, anak-anakpun pantas untuk hadir bertemu Tuhan. Yesus sendiripun pernah mengatakan untuk tidak menolak anak-anak datang kepada-Nya dan Paus Fransiskus pun berkata bahwa suara anak-anak adalah suara Tuhan, jangan membuat mereka keluar dari gereja.
Mungkin gereja perlu memikirkan cara terbaik untuk menyambut anak-anak ikut masuk dalam rumah Tuhan agar sejak dinipun mereka sudah diperkenalkan dengan tradisi iman mereka. Yang saya tahu, sudah ada gereja-gereja yang mempunyai ruang khusus bagi ibu dan anak yang masih kecil sehingga anak-anak tersebut tidak mengganggu umat lain yang juga tentunya ingin mengalami saat yang tenang serta kondisi yang membuat mereka bisa berfokus pada kehadiran Tuhan dalam Ekaristi. Selama situasi dan kondisi belum sampai pada tahap yang kita harapkan, ada baiknya setiap kita bekerja sama untuk hal ini agar semua yang datang ke rumah Tuhan bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. (Aw)
Apa yang dapat saya lakukan jika saya yang mengalami penolakan?
No responses yet