Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 29 Juli 2025

Pw St. Marta Maria dan Lazarus

1 Yoh 4:7-16
Mzm 34:2-11
Yoh 11:19-27 / Luk 10:38-42

Level Kasih Tertinggi

Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” – Luk 10:41-42

Anak bungsu saya sangat menyukai berlibur, yang paling ditunggu-tunggu adalah menginap di hotel. Ketika ditanya “Apa sih yang membuatnya senang sekali menginap di hotel; apakah karena fasilitas, makanan, tempat main, kolam renang, atau pun pemandangannya yang indah?” Semua dia sukai, tapi yang paling ia sukai adalah kebersamaan dan waktu berkualitas dengan keluarga. Dia menambahkan, “Jika menginap di hotel tanpa kami, dia tidak akan sebahagia itu”.

Ketika Yesus berkunjung ke rumah Maria dan Marta, ada hal menarik. Kedua saudara ini sebenarnya dalam suasana duka karena Lazarus yang baru saja meninggal, namun mereka tetap menyambut dan melayani-Nya dengan sangat baik. Marta di tengah kesedihannya, bisa saja merasa sangat kecewa terhadap-Nya yang dianggap datang terlambat. Marta percaya bahwa jika saja Ia datang lebih cepat, maka Lazarus pasti sembuh. Namun meski demikian, Marta tetap melayani-Nya dengan sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk memberi pelayanan yang terbaik kepada Sang Guru. 

Sedangkan Maria bisa dikatakan punya kasih dengan level yang lebih tinggi lagi dibanding Marta, karena tahu apa yang lebih diinginkan dari orang yang dikasihinya. Meskipun tengah berduka, Maria memilih duduk diam di kaki-Nya untuk mendengarkan. Maria sungguh rindu dan ingin mengenal isi hati-Nya lebih dari apa pun juga. Ini adalah bentuk cinta dengan level yang lebih tinggi dibanding pelayanan. 

Mari selalu ingat bahwa di dalam setiap kesibukan, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah memiliki waktu lebih banyak untuk duduk diam di kaki-Nya; mendengarkan, mencari, dan mengetahui apa yang menjadi isi hati-Nya, karena di hadapan-Nya yang baik belum tentu yang terpenting atau benar. (Yy).

Sudahkah kita memberikan lebih banyak waktu untuk duduk diam di kaki-Nya dibanding sibuk melayani?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *