Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 29 November 2018
Why 18:1-2,21-23; 19:1-3,9a
Mzm 100:2-5
Luk 21:20-28
Pembalasan dari Tuhan?
Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu. – Luk 21:23-24
Beruntunglah kita yang hidup di masa damai ini! Jauh dari konflik bersenjata, walaupun keberadaan teroris tetap mengusik dan bahkan sudah menyusup ke banyak bidang. Tapi, pernahkah Anda kita membayangkan orang-orang yang hidup di tengah konflik, di tengah peperangan yang kejam? Bagaimana dengan bayi-bayi yang tidak berdosa?
Hal itu mendorong banyaknya pengungsian. Hidup dalam pelarian dan menjadi pengungsi juga sulit. Tidak banyak pemimpin negara yang mengizinkan para pengungsi masuk ke wilayahnya. Beberapa negara, termasuk Indonesia, dengan alasan kemanusiaan mengizinkan para pengungsi masuk dan ditampung sementara. Namun banyak dari mereka yang tidak mendapatkan suaka untuk menjadi warga negara sehingga bisa mendapatkan pekerjaan dan menjalani kehidupan yang normal.
Beberapa misi kemanusiaan dari para relawan yang terpanggil untuk membantu para warga sipil yang terjebak di daerah konflik bersenjata. Taruhan nyawa serta ruang gerak yang terbatas menyebabkan tidak banyak relawan yang bersedia.
Lantas, apakah negara atau wilayah yang berkonflik itu merupakan pembalasan dari Tuhan, sehingga apa yang tertulis menjadi digenapi? Baiklah kita sebagai sesama manusia tidak menghakimi dan membuat pernyataan dengan pemikiran kita sendiri, karena Tuhanlah yang akan menjadi Hakim Agung atas apa yang kita perbuat di dunia ini.
Yang menjadi permenungan kita, apakah kita sudah bersyukur kepada Tuhan atas setiap kebaikan yang bisa kita alami? (Md)
No responses yet