Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 03 November 2017
Rm 9:1-5
Mzm 147:12-15,19-20
Luk 14:1-6
Tumpulnya Hati Nurani
Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat? – Luk 14:5
Sebuah kisah pilu yang beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan tentang seorang bayi yang akhirnya meninggal karena terlambat ditangani di rumah sakit. Menurut pengakuan sang ibu, pihak rumah sakit menjalankan kebijakan dan peraturan dimana pasien yang akan ditangani di ruang PICU harus memberikan sejumlah uang sebagai deposit. Namun orang tua bayi ini tidak bisa memenuhinya. Mereka memohon kepada pihak rumah sakit untuk terlebih dulu melakukan tindakan medis di ruang PICU karena kondisi bayi mereka sudah sangat kritis. Namun, pihak rumah sakit bersikeras berpegang pada peraturan.
Kasus yang masih diusut ini membuat banyak orang mengecam pihak rumah sakit yang dianggap sangat kejam. Saya sendiri sempat bertanya pada seorang dokter tentang bagaimana seharusnya prosedur rumah sakit, yang menurutnya bagaimanapun peraturan rumah sakit, bila ada pasien kritis haruslah ditangani lebih dulu. Apapun alasannya. Urusan manajemen ataupun peraturan rumah sakit tidaklah lebih penting dari nyawa seseorang.
Kutipan Injil hari ini sesuai dengan kisah pilu bayi tersebut. Di hari-hari belakangan ini, kita sering bertindak seolah sesuai aturan tapi mengabaikan hati nurani, mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan norma.
Teman, ada kala dimana kita dituntut untuk mengikut aturan. Tapi ada pula saat-saat kritis yang membutuhkan pengecualian, membutuhkan kebaikan hati nurani kita sebagai manusia. Setiap hari dalam hidup kita adalah tentang mengasah hati nurani kita. (Ve)
Bagaimana sikap saya setiap hari?
No responses yet