Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 03 September 2018
1Kor 2:1-5
Mzm 119:97-102
Luk 4:16-30
Membongkar sekat pemisah
Pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka
yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu. – Luk 4:27
Saya bekerja di sebuah perusahaan keluarga. Tim kami terdiri dari empat orang dan saya dipercaya untuk menjadi pemimpin. Dalam tim kecil ini, hanya saya yang beragama Katolik. Dua lainnya Kristen Protestan dan seorang Muslim. Selama ini, saya dan teman-teman selalu mengucapkan Selamat Lebaran kepadanya, namun ia tidak pernah mengucapkan Selamat Natal kepada kami.
Lebaran tahun ini saya tergoda untuk tidak mengucapkan selamat kepadanya. Namun Injil Lukas bab 4 ini mengusik hati saya. Apa alasan saya untuk tidak melakukan itu? Karena ingin membalas? Bacaan hari ini mengajarkan saya untuk tidak memberi sekat dalam hidup. Tuhan mengasihi semua orang. Saya tidak punya hak untuk melarang Tuhan mengasihi orang-orang yang tidak mengucapkan Selamat Natal.
Sidon dan Syria disebut berkali-kali dalam Alkitab sebagai penindas dan penjajah Israel. Mereka adalah orang-orang non Yahudi dan dianggap dikutuk oleh Tuhan. Pemikiran bahwa Tuhan juga mengasihi orang Sidon dan Syria membuat umat yang mendengar pengajaran-Nya di sinagoga marah. Kemarahan tersebut bahkan membuat mereka ingin membunuh Yesus. Injil hari ini membuka pikiran saya. Yesus menunjukkan betapa Tuhan juga memberkati orang-orang non Kristen.
Jika Tuhan memberi makan secara ajaib kepada janda di Sarfat, itu kehendak-Nya. Jika Tuhan menyembuhkan Naaman, orang Syria itu, itu kehendak Tuhan. Jika Tuhan memberkati seseorang, itu kehendak-Nya. Saya tidak berhak mengatur Tuhan. (Yo)
Tuhan, bukalah mata hati saya agar hidup saya tidak tersekat-sekat
No responses yet