Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 30 Juni 2017
Kej 17:1,9-10,15-22
Mzm 128:1-5
Mat 8:1-4
CARA DOA
Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku. – Mat 8: 2
Permohonan tak pernah luput dari setiap doa kita. Bahkan terkadang permohonan yang seringkali mendominasi isi doa kita. Tapi permohonan itu juga acapkali tak selaras dengan sikap kita. Apakah kita mengucapkan permohonan dengan sepenuh hati? Atau apakah kita mengutarakannya dengan merendahkan diri di hadapan-Nya seperti orang kusta yang sujud menyembah-Nya dan memohon kesembuhan? Tanpa kita sadari, seringkali permohonan kita layangkan sebagai perintah, yang mau tak mau harus dilakukan.
Bacaan hari ini sungguh mengena bagi saya. Kisah seorang kusta dalam Injil Markus ini mengajarkan saya bagaimana cara berdoa yang baik dimana permohonan harus berasal dari hati yang tulus agar kemurahan kasih-Nya terjadi atas kita. Sikap pemohon tidak memaksa. Sikap merendahkan diri menunjukkan bahwa kita benar-benar membutuhkan-Nya, sekaligus menjadi sikap penyerahan diri atas kehendak Tuhan.
Bapa, ke dalam tangan kasih-Mu kupercayakan hidupku. Terjadilah padaku seturut kehendak-Mu. Amin. (Cr)
Bapa, biarlah kehendak-Mu menjadi nyata dalam hidupku.
No responses yet