Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 30 Juni 2018
Raj 2:2,10-14, 18-19
Mzm 74:1-7,20-21
Mat 8:5-17
Menunggu
..sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. – Mat 8:10
Salah satu unsur iman adalah menunggu. Tanpa menunggu, iman akan menjadi kerdil. Segala sesuatu butuh proses, dan proses inilah yang membuat iman menjadi dewasa.
Seorang anak sedang melihat sebuah kepompong yang mulai pecah. Ia kasihan melihat makhluk mungil yang ada di dalamnya terlihat payah untuk membebaskan diri untuk keluar. Karena iba, ia memutuskan untuk membantu. Dengan berhati-hati, ia mengoyak kulit kepompong tersebut menjadi lebihbesar agar makhluk mungil itu dapat keluar dengan mudah. Dan, keluarlah seekor kupu-kupu dengan mudahnya. Si anakpun girang dan terus memperhatikan. Namun kupu-kupu yang masih basah tersebut tidak dapat mengembangkan sayapnya. Sayap tersebut basah dan menjadi keriput. Ia hanya bisa berjalan dengan kakinya dan tidak bisa terbang seperti kupu-kupu lain untuk selamanya.
Proses menunggu dalam hidup kita sama seperti kupu-kupu di atas. Banyak hal yang dapat kita pelajari dengan menunggu jawaban doa kita. Demikian juga dengan menunggu janji Tuhan dalam hidup kita. Keinginan untuk mendapatkan hasil yang instan membuat kekuatan, pengharapan, dan iman kita menjadi lemah dan ini yang tidak kita harapkan.
Jangan pernah berhenti dalam pengharapan. Tetaplah saar menunggu jawaban dan janji Tuhan terjadi dalam hidup kita. Menunggu bukan berarti pasif. Namun tetap aktif melakukan apa yang harus kita lakukan. Selebihnya kita serahkan kepada-Nya. (Al)
Tidak sabarkah saya menunggu janji dan jawaban Tuhan dalam hidup saya?
Tetap pegang janji-Nya dan berdoa…waktu-Nya akan membuktikan bahwa Ia Allah yang setia.
No responses yet