Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 31 Oktober 2015
Rm 11:1-2a,11-12,25-29
Mzm 93:12-15
Luk 14:1,7-11
DUDUK DI PALING DEPAN
Berilah tempat ini kepada orang itu.Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. – Luk 14:9
Hampir setiap kali ketika saya melayani sebagai pemimpin pujian, kalimat pertama yang harus saya ucapakan adalah “Mari Bapak/Ibu/Saudara, tempati dulu kursi paling depan”.
Ternyata, hal ini sudah seperti “penyakit” yang menjangkiti sebagian besar dari kita sejak kecil. Jaman sekolah, anak-anak yang dengan rajin duduk di barisan terdepan malah dicap “sok rajin”. Tapi, benarkah seorang yang duduk di barisan paling depan itu sombong?
Teman, kita diciptakan untuk menjadi seorang pemimpin. Ya, kita semua! Sekalipun kita mungkin berpikir kita tidak memiliki bakat apapun, kenyataannya ada banyak area kehidupan yang membutuhkan kepemimpinan kita. Mungkin kepemimpinan di dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pelayanan, dalam organisasi. Tapi satu hal yang tidak boleh dimiliki seorang pemimpin adalah kesombongan.
Ketika Yesus menegur para pemimpin Farisi yang berebut tempat duduk paling depan, masalahnya bukan soal posisi duduk yang membuat orang itu menjadi sombong, tapi hati yang tidak mau kalah dari orang lain yang menjadi sumber kesombongan.
Jadi, kali berikutnya kita hadir dalam persekutuan doa, janganlah takut untuk duduk di paling depan karena hal itu tidak selalu mencerminkan kesombongan. Justru, hal itu mencerminkan kita sebagai seorang pemimpin yang mau memberikan contoh yang baik. Yang penting, sikap hati kita tidak sombong. Biarlah itu menjadi rahasia antara kita dengan Tuhan. (Hd)
Apakah saya menolak untuk memimpin karena takut dianggap sombong?
No responses yet