Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 04 April 2018
Kis 3:1-10
Mzm 105:1-4,6-9
Luk 24:13-35
Best in God’s eyes
Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu. – Kis 3:6a
Ketika memulai kehidupan pernikahan, yang saya korbankan adalah pekerjaan. Suami menginginkan saya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga meski kami belum dikaruniai anak. Saya bersedia mengikuti apa yang menjadi keinginannya, karena dasar kasih dan kebahagiaan bersama. Selang beberapa bulan, saya merasa bosan. Bukan karena di rumah tidak ada pekerjaan, tetapi pekerjaan di rumah justru lebih banyak dan tak henti. Bedanya, lingkupnya kecil dan tidak bisa bertemu dengan banyak orang.
Pada dasarnya saya termasuk orang yang tidak bisa diam dan dulu saya bekerja di lapangan sehingga kondisi ini menjadi tidak mudah bagi saya. Mengerjakan pekerjaan rumah tidak kelihatan hasilnya sehingga saya jadi merasa tidak bernilai dan hal itu membuat saya stres.
Puji Tuhan hal itu tidak berselang lama. Setelah saya bergumul dengan Tuhan dan Bunda Maria, saya diberi ketenangan sehingga lebih dapat bersyukur dan berserah kepada-Nya. Satu pesan yang Tuhan sampaikan, “Di manapun ladang yang kamu garap, kerjakan segala sesuatunya dengan hati dan penuh syukur, berikan yang terbaik. Bukan terbaik menurut orang lain, tetapi menurut apa yang menjadi kemampuanmu.”
Sejak saat itu saya menjalaninya dengan bahagia, memberi yang terbaik dari yang saya bisa, dan tidak menjadikan omongan orang lain sebagai momok. (Cr)
Sudahkah saya memberikan yang terbaik dari diri untuk-Nya, bukan terbaik menurut orang lain?
No responses yet