Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 04 Juli 2022
Hos 2:13-15,18-19
Mzm 145:2-9
Mat 9:18-26
Tidak Ada Kata Terlambat
“Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” – Mat. 9:18
Ada sebuah peribahasa “Nasi sudah menjadi bubur”, yang artinya sudah terlanjur/terlambat. Sebetulnya peribahasa ini memiliki dua makna. Makna pertama adalah waktu yang sudah terlewati dan tidak bisa diubah, dan makna yang kedua yaitu setiap masalah pasti memiliki jalan keluar tersendiri. Mengapa bisa begitu? Karena bubur juga bisa dikonsumsi dengan enak tetapi membutuhkan usaha tersendiri.
Pada Injil Matius hari ini dituliskan “Anakku perempuan baru saja meninggal”. Seharusnya saat itu sudah terlambat untuk meminta pertolongan Yesus, tapi nyatanya ia tetap melakukannya. Dan ia adalah seorang kepala rumah ibadat, artinya orang yang secara rohani saat itu mempertanyakan tentang kebenaran Yesus. Kepala rumah ibadat ini sudah mendengarkan tentang Yesus, bagaimana Yesus melakukan mujizat dengan hanya meletakkan tangan-Nya di atas orang sakit. Karena cintanya yang begitu besar kepada anaknya, ia mengabaikan jabatannya sebagai kepala rumah ibadat dan melepaskan batas-batas rasional pemikirannya.
Mungkin ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang membuat kita berpikir sudah terlambat untuk memperbaikinya. Tetapi melalui bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk membuka hati kita akan peran Allah di dalam hidup kita. Kehadiran Allah tidak dapat mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kehadiran Allah bisa mengubah apa yang menurut kita sudah berakhir menjadi memiliki makna yang baru dalam hidup kita. (An).
Apakah saya sudah membuka hati untuk menyerahkan kegagalan yang terjadi dalam hidup saya kepada-Nya?
No responses yet