Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 04 November 2015
Rm 13:8-10
Mzm 112:1-2,4-5,9
Luk 14:25-33
KELEKATAN
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. – Luk 14:33
Sebagian orang mungkin menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan bahwa mengikuti Tuhan berarti tidak boleh menjadi kaya. Bisa jadi mereka teringat akan beberapa orang kudus yang memilih hidup sederhana dengan meninggalkan semua yang dimiliki. Salah satu contoh yang banyak dikenal orang adalah Santo Fransiskus Asisi.
Namun saya teringat akan seorang teman yang berbeda dengan sebagian orang di atas. Teman ini pernah mengatakan dengan nada setengah bercanda bahwa ia ingin menjadi misionaris yang kaya. Mungkin terdengar lucu, tapi ia punya alasan di balik kalimat yang dilontarkannya itu. Ia bilang kita harus realistis. Dia setuju bahwa hidup bukan untuk uang dan uang bukan segalanya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa hidup ini butuh uang. Omong-omong, ia mengatakan ini bukan hanya sekedar bicara, tapi karena hal ini merupakan bagian dari perjalanan dan pengalaman hidupnya sendiri. Ia dan pasangannya pernah menjalani hidup sebagai misionaris yang melayani Tuhan sepenuh waktu. Ketika anak-anak hadir dalam hidup pernikahan mereka, tentunya pergumulan dalam finansial menjadi lebih kompleks. Apalagi yang namanya kebutuhan anak, bukan sesuatu yang bisa ditunda.
Bagi saya, ayat di atas lebih berbicara tentang “kelekatan”. Tuhan ingin kita hanya melekat dan bergantung kepada-Nya, bukan kepada manusia atau hal apapun. Jika ada hal lain yang menjadi begitu dominan dalam hidup kita, rasanya memang bukan tidak mungkin hal itu akan membuat kita menjadi jauh dari Tuhan. Karena itu, kita perlu terus-menerus mengingatkan diri kita bahwa Tuhanlah yang terutama dalam hidup kita. (Jc)
Adakah hal-hal yang tak dapat saya lepaskan dalam hidup saya?
No responses yet