Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 04 November 2016

Flp 3:17 – 4:1
Mzm 122:1-5
Luk 16:1-8

JURU SELAMAT

..dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. – Flp 3:20

Nenek buyut saya seorang yang baik dan sabar. Sayangnya beliau seorang atheis. Beliau sering mengatakan, percuma mempunyai agama tapi kelakuan masih jahat. Meski anak-anaknya menasehatinya, namun percuma saja dan malah berakhir dengan pertengkaran. Sedih rasanya melihat situasi seperti ini di rumah.‎

Suatu kali ketika saya pergi ke persekutuan doa, seorang teman memberikan kesaksian bagaimana seisi rumahnya menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Namun proses memakan waktu bertahun-tahun. Tentunya, selain perubahan diri kita, kekuatan doalah yang dapat membuat semua itu terjadi. Mendengar kesaksian ini, saya memutuskan untuk berdoa bagi nenek buyut saya agar suatu saat beliau bisa menerima Yesus.

Suatu kali, karena usianya yang sudah lanjut, nenek buyut jatuh sakit. Sempat ada beberapa pastor yang datang ke rumah untuk mendoakan, tapi nenek buyut menolaknya. Pada suatu ketika, nenek buyut benar-benar dalam kondisi kritis, dan saat itu tiba-tiba ia minta dipanggilkan seorang pastor untuk dibaptis. Berkali-kali ia mengatakan ingin bertemu dengan Yesus. Beberapa hari sesudah dibaptis, ia menemui ajalnya. Meski kami diliputi rasa duka yang mendalam, namun di saat yang bersamaan kami bahagia karena nenek buyut mau menerima Yesus. Kami percaya, beliau sudah di surga menjadi pendoa bagi kami sekeluarga.

Paulus menasihati kita agar selalu berdiri teguh di dalam Tuhan. Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan datang untuk kedua kalinya. Yang terpenting adalah, tetap mengerjakan bagian kita dan berjaga-jaga di dalam doa, agar kita selalu dalam keadaan siap. (Ar)

Apakah saya mampu tetap berdiri teguh di dalam Tuhan?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *