Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 05 Desember 2017
Yes 11:1-10
Mzm 72:2,7-8, 12-13,17
Luk 10:21-24
Berdamai yuuukk…
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu
akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. – Yes 11:8
Ular tedung adalah ular yang amat berbisa yang dapat menggembungkan tubuhnya dan mendesis keras bila diganggu. Ular beludak adalah ular paling beracun di Palestina dan memiliki tanduk kecil yang runcing di atas matanya. Nubuat Yesaya ini menggambarkan kedatangan Mesias sebagai Raja Damai atas Israel dan bangsa-bangsa di dunia. Anak kecil baik yang masih menyusu maupun yang sudah tidak menyusu lagi dan ular, merupakan dua hal kontras yang mustahil dapat bermain bersama. Namun, kedatangan Sang Raja Damai sanggup mengubah permusuhan menjadi perdamaian.
Saya teringat peristiwa sepuluh tahun lalu. Saya menabung bertahun-tahun dan akhirnya dapat mengajak ibu saya berziarah ke Yerusalem. Senang dan bangga rasanya. Mendekati hari keberangkatan, hati semakin bersukacita. Pekerjaan kantor yang banyak, dapat saya kerjakan sambil tersenyum. Gesekan dengan teman-teman yang berbeda pendapat bisa saya maklumi dan mengalah.
Ketika itu saya mempunyai perasaan benci kepada atasan karena setiap bulan saya lembur sampai larut malam, bahkan pernah sampai dini hari untuk menyiapkan bahan rapat untuknya. Tapi beliau tidak pernah menghargai kerja keras saya. Pada akhir tahun, saya tetap diberi penilaian pas-pasan. Menjelang keberangkatan itu, saya berdamai dengannya. Satu hal yang mustahil saya lakukan dalam keadaan biasa. Semua itu karena pikiran saya hanya tertuju pada satu hal menyenangkan yaitu berziarah bersama orang yang sangat saya kasihi.
Saat ini kita telah memasuki minggu Adven yang pertama. Kita hendak memperingati kelahiran Tuhan Semesta Alam. Dia yang Maha Kudus berkenan hadir di tengah manusia berdosa. Hal ini merupakan kebahagiaan yang tak terkira. (Yo)
Jagalah sukacita ilahi dalam diri kita agar tidak hilang karena permusuhan.
No responses yet