Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 05 Maret 2018
2Raj 5:1-15a
Mzm 42:2-3,43:3-4
Luk 4:24-30
Mukjizat yang diperjuangkan
Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. – 2Raj 5:3
Seorang pewarta pernah menyampaikan bahwa dalam hidup ini, berdoa memohon berkat memang penting. Namun yang jauh lebih penting, apabila kita memperjuangkan berkat yang kita terima setiap hari dengan berusaha mengupayakannya. Berkat rejeki yang kita dapatkan setiap hari merupakan hasil dari yang kita kerjakan dan perjuangkan.
Berkat dan mukjizat tidaklah sama. Jika berkat bisa datang karena kita berusaha mengupayakannya, berbeda dengan mukjizat yang berasal dari Tuhan sendiri. Contoh, seorang yang menderita suatu penyakit berat yang belum ditemukan obatnya dan divonis hidupnya tidak lama lagi. Akan tetapi ternyata mendapat kesembuhan tanpa tindakan medis, dan dibuktikan secara medis penyakitnya telah hilang. Itulah yang dinamakan mukjizat.
Dalam bacaan-bacaan Injil, kita sering mendengar mengenai mukjizat yang terjadi. Semuanya itu terselenggara karena Tuhan berkenan dan kita tahu bahwa tak ada yang mustahil bagi-Nya. Lalu, mukjizat apa yang harus diperjuangkan agar dapat terjadi?
Alkitab mengajarkan bahwa kita harus mencari dan berserah untuk ikut dalam penyelenggaraan pekerjaan Tuhan. Naaman harus pergi dari Syria ke Israel dalam kondisi sakit kusta untuk mendapatkan mukjizat kesembuhan. Dan masih banyak kisah lain dalam Alkitab yang menuntut kita untuk tidak hanya berdiam diri dalam ketidakberdayaan. Kita harus bangkit mengejar berkat dan mukjizat yang mungkin Tuhan taruh dalam hidup kita sebagai karya penyelenggaraan-Nya di dunia ini. (Md)
Sudahkah saya berusaha mencari berkat dan mukjizat dalam hidup ini?
No responses yet