Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa 06 Februari 2018
1Raj 8:22-23,27-30
Mzm 84:3-5,10-11
Mrk 7:1-13
Di tempat pertama
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. – Mrk 7:8
Membaca perikop hari ini, yang terlintas dalam benak saya adalah “saya sering kurang bijak dalam mengambil keputusan saat berada dalam situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan”. Saya lebih sering mendahulukan prinsip hidup saya dibandingkan dengan hal-hal yang lebih penting, yang seharusnya saya dahulukan.
Beberapa hari lagi komunitas kami akan melakukan rekomitmen bagi seluruh anggota. Dalam momen ini, biasanya kami juga melakukan discernment untuk melihat apakah kami masih terpanggil di dalam komunitas. Bagi saya pribadi, tahun ini adalah tahun yang berat karena ada hal yang sudah tidak sesuai dengan prinsip saya dalam membangun komitmen kepada Tuhan di dalam komunitas.
Hingga batas waktu yang ditentukan, saya belum bisa mengambil keputusan. Sekali lagi saya datang kepada Tuhan dan kembali bertanya, “Tuhan, saya harus bagaimana?” Pada titik itu, Tuhan mengingatkan saya kepada saudara-saudari dalam komunitas. Relasi saya yang dekat dengan mereka, dan saya sungguh mengasihi mereka. Perasaan kasih yang saya rasakan ini saya yakini sebagai pemberian dari Tuhan. Dari hal itu akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan komitmen dalam komunitas, dengan harapan-harapan baru kepada Tuhan tentunya.
Tuhan bertahta dalam komunitas kami, sekalipun mungkin kami tidak selalu dapat merasakan secara nyata, karena dalam hidup berkomunitas tentu akan mengalami hal-hal yang mengecewakan juga. Namun ketika kita membuka hati dan menempatkan Tuhan di tempat pertama dalam hati dan hidup kita, maka kasih-Nya akan tercurah memenuhi hati kita dan kasih-Nya mampu mengalahkan segalanya. (In)
Tuhan, mohon rahmat-Mu agar saya selalu mampu untuk melihat segala sesuatu di dalam kasih-Mu.
No responses yet