Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 06 Mei 2018
Kis 10:25-26,34-35,44-48
Mzm 98:1-4
1Yoh 4:7-10
Yoh 15:9-17
Mengasihi Sampai Sakit
Tidak kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatNya. – Yoh 15:13
Banyak orang tahu bahwa sebagai murid Yesus, mereka harus saling mengasihi. Namun bila ditanya, bagaimana mereka harus mengasihi, tidaklah mudah untuk menjawab langsung tanpa berpikir. Injil hari ini memberikan standar bagi kita tentang mengasihi. Yesus mengatakan untuk mengasihi sesama kita sama seperti Ia mengasihi kita. Tidak sanggup rasanya. Mengasihi diri sendiri saja sulit, apalagi mengasihi orang lain.
Namun sekali lagi, ini bukanlah pilihan. Mengasihi bukan sekedar karena saya cocok dengan dia. Juga bukan karena dia layak dikasihi. Mengasihi yang Yesus inginkan bukan berdasarkan perasaan kita, melainkan merupakan keputusan untuk mengasihi.
Satu ciri khas mengasihi adalah memberi. Tidak ada kasih tanpa memberi. Termasuk memberikan kenyamanan, waktu, hak, melepaskan kecenderungan kita menilai orang lain, memberikan kesempatan yang sama, dan memberikan hati kita untuk dikasihi oleh orang lain.
Memberikan nyawa adalah memberikan hidup dan segalanya. Yesus meminta kita untuk mengasihi dengan setengah hati, tetapi memberikan semuanya, sekalipun tidak menyenangkan. Karena memberi bukanlah memberi jika kita belum merasakan sakit saat melakukannya.
Mengasihi yang Yesus ajarkan bukan soal perasaan, namun soal keputusan dan tindakan untuk memberi. Itulah yang Yesus inginkan bagi kita semua sahabat-Nya. (Al)
Pikirkan seseorang yang sulit untuk dikasihi.
Doakan dan mintalah rahmat agar dapat mengasihinya.
No responses yet