Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 07 Juli 2018
Am 9:11-15
Mzm 85:9,11-14
Mat 9:14-17
Panjang umur
Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah. – Am 9:11
Adik saya baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-19. Suatu mukjizat bagi kami sekeluarga, karena waktu ia masih kecil, dokter memvonis kalau umurnya hanya sampai 13 tahun akibat Talasemia yang dideritanya. Ketika itu kedua orang tua saya sangat sedih karena tiga belas tahun itu waktu yang sangat pendek. Namun kami mempersembahkan adik kami kepada Tuhan. Dengan saling berpegangan tangan dan bercucuran air mata, kami berdoa kepada Tuhan agar mukjizat-Nya boleh terjadi atas diri adik kami.
Setiap tahun, saat kami merayakan ulang tahunnya, kami selalu menangis. Doa kami tetap sama, memohon mukjizat bagi adik kami. Rasa takut kehilangan yang sangat besar melingkupi kami ketika usianya mendekati tiga belas tahun. Namun, mukjizat Tuhan sungguh nyata.
Tahun ini adik saya lulus SMA. Meski sering sakit-sakitan, tapi dia cukup berprestasi secara akademik. Ibu saya sangat bersyukur ia tamat SMA saja karena melihat kondisinya yang terkadang drop. Namun adik saya berkeinginan untuk kuliah dan tidak ingin hanya kuliah diploma.
Lewat kejadian ini, kami ditegur Tuhan. Mengapa kami ragu akan kesehatannya? Ia yang sakit saja begitu percaya kalau ia bisa menyelesaikan kuliahnya, mengapa kami tidak? Sekali lagi kami membawa hal ini dalam doa. Dengan iman, akhirnya kami setuju ia mengambil kuliah S1.
Mari kita belajar percaya 100% kepada Tuhan, sekalipun kita belum bisa melihat apa yang akan terjadi. Percayalah, rencana Tuhan lebih indah dari rencana kita. (Ar)
Apakah saya percaya penuh kepada Tuhan, sekalipun belum melihat mukjizat Tuhan?
No responses yet