Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 07 September 2022
1 Kor 7:25-31
Mzm 45:11-12,14-17
Luk 6:20-26
Berbahagialah Yang Miskin
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” – Luk.6:20
Miskin tidak selalu dalam rupa materi atau harta benda duniawi. Menjadi miskin dapat berarti menyadari bahwa kita tidak memiliki apa-apa di hadapan Allah, yang membuat kita bergantung sepenuhnya pada belas kasih-Nya. Namun miskin yang dimaksud Yesus dapat juga dalam arti yang sebenarnya; miskin harta benda duniawi, rela hidup sederhana asalkan berkenan di hadapan-Nya. Mengikuti Yesus bukan berarti mendapatkan kenyamanan, usaha yang terus-menerus berhasil, serta hidup dalam kelimpahan. Adakalanya ujian itu datang dalam bentuk sakit-penyakit, usaha yang terpuruk, serta kondisi ekonomi yang kurang bagus. Sehingga bagaimana kita bertahan dalam kondisi “miskin”, namun tetap percaya kepada-Nya itulah yang semakin mendekatkan kita pada Kerajaan Allah.
Saya memiliki seorang teman, yang dalam satu tahun terakhir ini mengalami sakit yang cukup parah dan membuatnya harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berbaring di tempat tidur. Dia adalah seorang katolik yang taat dan pelayan Tuhan yang hebat. Keadaan tersebut membuatnya tidak bisa lagi melakukan pelayanan keluar. Namun luar biasanya, dia sama sekali tidak menyalahkan-Nya atas kondisi yang dialaminya, bahkan selalu berusaha terlihat ceria walau mengalami sakit yang amat sangat. Dia merasa bahwa kesehatan dan pelayanannya, semua adalah milik Tuhan semata. Sehingga ketika Ia mengambilnya, dia tidak memiliki masalah dengan hal itu. Karenanya, dia masih mampu bersyukur setiap saat, dia bahagia karena boleh menjadi orang miskin di hadapan-Nya. (Vn).
Ketika tertimpa banyak masalah dan tidak memiliki apa-apa, masih bisakah kita bersyukur dan tetap bahagia di dalam Tuhan?
No responses yet