Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 08 Februari 2018
1Raj 11:4-13
Mzm 106:3-4,35-37,40
Mrk 7:24-30
Iman
Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu. – Mrk 7:29
Dalam menjalani kehidupan, percaya kepada Yesus saja tidaklah cukup. Diperlukan sesuatu yang lebih dari sekedar percaya, yakni iman. “Percaya” muncul karena apa yang telah terjadi, apa yang telah kita alami, kita rasakan, kita lihat. Kita bisa saja percaya pada sesuatu yang baru saja kita dengar atau kita lihat. Untuk dapat percaya, kita harus melihat secara fisik dengan indera kita.
Sedangkan iman adalah keyakinan penuh bahwa sesuatu yang belum terjadi atau sulit dibayangkan, tetapi diyakini akan terjadi. Iman tidak muncul dengan sendirinya. Diperlukan keteguhan hati dan proses serta waktu yang relatif lebih lama. Meskipun demikian, untuk memiliki iman, kita tidak perlu melihat secara fisik.
Iman adalah sebuah mukjizat. Sebuah misteri yang sulit untuk dijelaskan dengan indera dan nalar kita. Sama seperti seorang perempuan Yunani yang meminta Yesus untuk mengusir setan dari tubuh anaknya, perempuan itupun segera pulang ketika Yesus mengatakan bahwa setan telah keluar dari tubuh anaknya.
Kitapun harusnya demikian – beriman kepada-Nya – sehingga meski kita belum pernah melihat-Nya secara langsung, tetapi kita memiliki keyakinan penuh terhadap-Nya dan menjadikan-Nya sebagai pusat hidup kita. Kitapun perlu beriman bahwa Dia telah menyediakan rencana yang indah dan terbaik agar kita semua dapat merasakan kebahagiaan di dalam kasih-Nya. (Cr)
Apakah iman saya sungguh nyata dalam kehidupan saya?
No responses yet