Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 08 Maret 2022
Yes 55:10-11
Mzm 34:4-7,16-19
Mat: 6:7-15
Arti Doa
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” – Mat 6:7
Doa adalah percakapan dari hati ke hati, antara kita dengan Tuhan. Doa juga merupakan nafas iman, karena itu adalah sarana utama untuk dapat berkomunikasi dengan-Nya secara pribadi. Namun bagi sebagian orang, secara tak sadar, mereka menjadikan doa sebagai sesuatu yang “spesial”, apalagi jika melakukannya di depan khalayak umum; sehingga untuk melakukannya perlu banyak persiapan, seperti kata-kata yang indah, puitis, dan panjang. Hal itu terkadang membuat esensi dari doa, dalam hal ini “percakapan dari hati ke hati”, menjadi terabaikan.
Saya pun tanpa sadar mengalaminya. Jika saya berdoa secara pribadi, kata-kata yang ada dalam doa keluar secara spontan dan alami. Tetapi ketika saya diminta untuk memimpin doa malam bersama teman-teman, saya langsung “demam panggung”, tiba-tiba ada perasaan takut dan khawatir jika doa saya nantinya terbata-bata; sehingga untuk itu saya perlu menyiapkan poin-poin penting yang akan saya sampaikan. Rasa cemas dan takut membuat fokus saya teralih dan saya pun tidak bisa menikmati doa saya dengan hati.
Lewat bacaan Injil hari ini, saya kembali diingatkan pada hal utama dari sebuah doa, yakni percakapan dari hati ke hati; yang secara tak langsung berarti “apalah artinya sebuah doa jika tidak dari hati”. Terima kasih Tuhan untuk sapaan kasih-Mu melalui bacaan hari ini. Bantu saya untuk tidak mementingkan hal-hal visual yang dilihat oleh manusia; sehingga saya pun dapat menikmati percakapan dengan-Mu. (Cr)
Maukah saya menanggalkan hal-hal visual agar dapat fokus bercakap-cakap dengan-Nya dari hati ke hati?
No responses yet