Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 08 November 2017
Rm 13:8-10
Mzm 112:1-2,4-5,9
Luk 14:25-33
Kasih Sebagai Dasar
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat. – Rm 13:10
Mengajar tentang kasih kepada anak ternyata susah. Seringkali saya memberi batasan dengan kata “jangan”, seperti jangan berdiri kalau berada di dalam mobil, jangan makan sambil berjalan, jangan tidur terlalu malam, jangan berebut mainan, dan sebagainya.
Semuanya adalah untuk kebaikannya, tapi ternyata cara itu belum cukup untuk menyampaikan maksud saya dalam mengasihinya. Saya bisa melihat ia lebih mengerti hal-hal seperti bermain bersama, mengobrol dengannya, pergi berdua, menyikat gigi bersama, menemaninya tidur, memeluk dan mengatakan “i love you”.
Terkadang saya juga harus tegas dan memberikan hukuman seperti Time Out, tetapi semuanya bermaksud untuk mendidik dan mencintainya. Saya belajar juga bahwa cinta saya kepada anak saya tidak bisa terlihat hanya dari berbagai aturan “jangan” dan batasan-batasan lainnya, melainkan kehadiran nyata dan waktu yang diluangkan bersama dengan kasih itulah yang paling membuatnya sadar bahwa ia dicintai oleh saya.
Saya kira Sepuluh Perintah Allah dan peraturan-peraturan lainnya yang diturunkan memang bermaksud untuk kebaikan manusia dan menggambarkan Allah yang mencintai manusia. Tetapi baru ketika Kristus hadirlah, Hukum Taurat digenapi. Kasih Allah menjadi sungguh nyata melalui Kristus: dari kehadiran-Nya, waktu yang Ia luangkan, perkataan-Nya, sikap-Nya, dan semua yang dilakukan-Nya.
Marilah kita semakin mendekat kepada Yesus karena Allah adalah Kasih itu sendiri. Kasih tidak berbuat jahat. (Aw)
Apakah saya masih suka berbuat dan berkata jahat terhadap sesama?
No responses yet