Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 09 September 2016
1Kor 9:16-19,22b-27
Mzm 84:3-6,12
Luk 6:39-42
MANUSIA BIASA
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. – Luk 6:42
Banyak masalah terjadi hanya karena dua orang berseteru meributkan siapa yang paling benar. Nazi tidak akan menyebabkan Perang Dunia ke-2 jika bangsa Jerman tidak menganggap diri mereka adalah ras yang paling hebat. Tidak perlu jauh-jauh, tawuran antar sukupun tidak akan terjadi bila tidak ada sekelompok orang yang menganggap dirinya lebih baik daripada yang lainnya. Intinya, kalau saja semua orang dapat saling menghargai perbedaan dan tidak menghakimi orang lain, dunia ini akan menjadi lebih damai. Namun kenyataannya tidak demikian.
Satu pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya. Meskipun sejarah telah mengajarkan kita banyak hal, mengapa kita masih tetap saja sulit untuk menyadari bahwa diri kita tidak sehebat yang kita bayangkan? Rasanya lebih mudah untuk mengatakan orang lain yang salah daripada mengakui bahwa diri kita yang salah. Mungkinkah keegoisan kita yang menghambat kita untuk melihat siapa diri kita yang sesungguhnya – seorang manusia biasa yang rapuh dan bisa berbuat salah?
Yesus meminta kita untuk mengeluarkan terlebih dulu balok di mata kita, baru kita akan dapat melihat jelas selumbar di mata orang lain. Cobalah memandang sebuah cermin. Siapakah yang kita pikir sedang menatap balik pada kita? Orang seperti apakah dirinya? Kekurangan apa yang dimilikinya? Bila tak ada satupun kekurangan yang kita lihat pada bayangan di cermin itu, berpikirlah lagi. Mungkin masih ada balok yang menghalangi mata kita saat ini. (Hd)
Dapatkah saya menanggalkan ego dan menerima perbedaan yang dimiliki orang lain?
No responses yet