Renungan Katolik “Bahasa Kasih” Jumat, 14 Oktober 2016 Ef 1:11-14 Mzm 33:1-2,4-5,12-13 Luk 12:1-7 SEBUAH KEPASTIAN […]
Renungan Katolik “Bahasa Kasih” ‎ Kamis,13 Oktober 2016 Ef 1:1-10 Mzm 98:1-6 Luk 11:47-54‎ ‎ GOD […]
Renungan Katolik “Bahasa Kasih” Rabu, 12 Oktober 2016 Gal 5:18-25 Mzm 1:1-4,6 Luk 11:42-46 HIDUP DALAM […]
Sejak enam tahun lalu, dua keponakan saya tinggal bersama saya karena kedua orang tuanya meninggal dan secara otomatis sayapun menjadi wali bagi mereka. Setahun lalu, saat mengambil rapor keponakan yang lebih tua, saya sangat terkejut karena hampir semua nilai di bawah Nilai Minimum. Saya kecewa berat!
Tak kenal maka tak sayang – artinya, untuk dapat mengasihi seseorang, kita perlu waktu untuk mengenalnya. Kita mengenal pribadi Yesus dari pelajaran agama, melalui para imam dan rohaniwan, melalui pengalaman hidup orang lain, atau hanya dari mendengarkan perkataan orang lain.
Mana yang lebih banyak kita lakukan – mencari Tuhan di saat susah atau di saat senang? Saya pribadi lebih banyak mencari Tuhan di saat susah.
Setiap orang tentu punya konsep "bahagia" yang berbeda. Ada yang merasa bahagia ketika memiliki segala yang diinginkan, termasuk keluarga, pekerjaan yang mapan, harta benda yang berkelimpahan. Namun sungguhkah perasaan bahagia karena hal-hal tersebut dapat bertahan lama dalam hati kita?
Semenjak ditunjuk melayani di bagian liturgi sebuah acara besar komunitas, saya lebih terlibat aktif dan lebih sering berinteraksi dengan banyak orang. Dari situ saya dapat melihat adanya gesekan yang nyata di antara anggotanya. Tujuannya sama dalam persiapan acara tersebut, tetapi caranya berbeda-beda.
Biasanya ketika mengalami pergolakan hidup, kita akan merasa tak seorangpun ada di sisi kita. Semua yang tadinya terasa dekat, seolah menjauh dan menghindar serta sibuk dengan urusan masing-masing. Saat kita sangat membutuhkan seseorang untuk bersandar, kenyataannya kita harus menghadapinya seorang diri.
Tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk sebuah kesuksesan senantiasa dikaitkan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Namun ternyata ada cukup banyak orang kaya yang tidak sesukses seperti apa yang terlihat dari luar. Jabatan dan pangkat tinggi, harta berlimpah, terpandang secara sosial, dan aktif dalam pelayanan belum tentu menjamin kesuksesan hidup dalam keluarga.