Bulan April 2024 adalah bulan yang berat untuk kehidupan pernikahan saya dan suami. Beberapa hal tidak mengenakkan terjadi. Bermula di tanggal 12 April tengah malam, kami menerima kabar dari Jakarta kalau Papa mertua saya jatuh di kamar mandi dan saat ditemukan sudah tidak ada nadinya. Selama hampir satu jam dokter tried to resuscitate him but it wasn’t successful. Malam itu Papa mertua saya berpulang.

We flew back to Jakarta in the morning and it was the longest saddest flight especially for my husband. He asked many questions to me about grief because I lost a parent before. But the truth is nothing could prepare you for this difficult moment. Dari airport kami langsung menuju rumah duka dan setibanya disana my husband broke into tears seeing his father lay lifeless. It was such a heartbreaking moment.

Pengkotbah 3:1-8 berkata untuk segala sesuatu ada masanya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. My father in law was a good person with great sense of humour and I’m grateful I can know him for the last few years. I’m thankful for all our memories together.

After one hectic week in Jakarta, we flew back to Perth on Friday 19th April. Saya dan suami looking forward to get back to our routine, hidup normal tanpa ada “kejutan”. Namun Tuhan punya rencana lain. Hari Minggu 21 April saya jatuh sakit, demam tinggi hingga 40 derajat celcius yang tidak kunjung membaik sampai akhirnya saya masuk rumah sakit di hari Selasa 23 April.

Serangkaian test saya jalani di rumah sakit dan hasilnya adalah saya sakit demam berdarah. Tiga hari pertama di rumah sakit, demam saya turun. Things were looking good dan dokter bilang kalau begini terus saya bisa pulang hari Jumat. Lagi-lagi kenyataan berkata lain. Hari Jumat itu trombosit saya turun sehingga dokter mau saya stay satu hari lagi di rumah sakit.

Alih-alih membaik, hari Sabtu kondisi saya semakin drop. Saya ada di fase kritis demam berdarah, fase dimana pembuluh darah mengalami kebocoran plasma darah yang efeknya menimbulkan tanda-tanda pendarahan pada kulit dan organ lainnya seperti mimisan, muntah, dan pendarahan saluran cerna.

That day was the scariest day of my life. I was terrified, takut terjadi apa-apa. Di tengah semua ketakutan saya, I cried to God for help, for His healing. Satu lagu yang menjadi kekuatan saya saat itu adalah I speak Jesus by Charity Gayle. My fave verses: “I just wanna speak the name of Jesus over every heart and every mind. Cause I know there is peace within Your presence. Your name is power, Your name is healing, Your name is life.”

Amen to the song because thankfully my health improved and I was discharged from the hospital a week later. Fiuh what an eventful month! Those days were tough, we felt tired, sick, hopeless, and defeated, but God carried us through the storm. He gave power to the tired and revived the exhausted (Isaiah 40:29). We are also thankful that we didn’t go through this hard time alone. We were surrounded by our dearest friends who mourn and weep with us when we were grieving, who visited us in hospital bringing food, medicine, etc. Thank you Lord!

“Even though I walk through the darkest valley, I will not be afraid. For you are with me, your rod and your staff, they comfort me.” Psalm 23:4.

God Bless (AS)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *