Komsel, kependekan dari kelompok sel, adalah sebuah kelompok kecil yang merupakan bagian dari sebuah komunitas yang lebih besar. Anggota komsel terdiri dari sekian jumlah orang yang berkumpul secara rutin untuk membantu satu sama lain dalam pertumbuhan iman sesuai dengan visi dan misi komunitas.

Pertama kali saya mengikuti komsel secara aktif dan konsisten adalah selama 5 tahun di komunitas non Katolik, dimana waktu itu saya masih dalam perjalanan mencari jati diri secara iman dan mempertanyakan iman kekristenan saya sebelum kembali jatuh cinta dengan iman Katolik.

Singkat cerita, Tuhan memanggil saya kembali ke iman Katolik melalui perantaraan kakak perempuan saya, anggota komsel Alpha saat ini, yang waktu itu sudah hampir pindah ke Australia, dan saya bergabung ke komsel Gabriel di Komunitas Tritunggal MahaKudus (KTM), bagian dari komunitas “Lembah Karmel” (LK) selama sekitar 3 tahun. Di 1.5 tahun terakhir, saya adalah bagian dari komsel Gabriel – Alpha setelah sel dipecah karena terlalu banyak anggota. Tahun 2012 saya bergabung ke Domus Cordis (DC), mengikuti komsel orientasi yang kemudian lahir dengan nama Kyrie Eleison.

Aturan main komsel di DC cukup unik karena mengenal istilah “angkatan”. Seperti halnya angkatan sekolah, komsel tersebut akan belajar kurikulum yang berbeda setiap tahun sehingga pengetahuan imannya bertambah. Sebenarnya, KTM juga mempunyai kurikulum dari komunitas LK, namun karena umumnya tidak semua anggota sel aktif, sangat sulit untuk sebuah sel bisa lancar berpindah dari satu kurikulum ke kurikulum berikutnya, karena terlalu banyak anggota yang ketinggalan pelajaran. Beda dengan di DC yang menerapkan sistem absensi dan apabila kehadiran seseorang di tahun tersebut kurang dari 75 persen jumlah pertemuan komsel dalam setahun, maka ia harus “tinggal kelas” dan bergabung dengan komsel angkatan selanjutnya.

Saya adalah anggota komsel Kyrie Eleison selama 5 tahun. Di tahun 2017 sejak menikah, saya lompat turun kelas bergabung dengan komsel Amore Dio yang baru lahir, bersama suami saya. Setelah 2 tahun, Amore Dio melebur ke komsel Gioia, komsel terakhir saya di DC dan selama badai COVID, sebelum pindah ke Perth dan bergabung ke TOM di komsel Gamma.

Saya terpanggil menulis cerita panjang lebar saya tentang komsel di masa restrukturisasi komsel TOM. Melihat ke belakang, sudah sekitar 7 kali saya ganti komsel. Saya sangat menghargai korsel saya di sel Gamma ketika kemarin ia mengirimkan pesan ke saya menanyakan perasaan saya tentang perubahan komsel mendatang.

Jawaban ‘joking’ saya kepadanya adalah “be it unto me according to your word”, meniru jawaban Maria ketika harus menghadapi panggilan dari Malaikat Tuhan untuk menerima Yesus menjadi bagian tubuhnya secara fisik. Perubahan komsel kali ini tetap membuat sedikit deg-degan, tetapi saya sudah terbiasa untuk menurut saja.

Saya percaya Tuhan telah memberikan rahmatNya yang cukup sehingga para penentu komsel TOM diberikan kebijaksanaan dan kuasa Roh Kudus yang cukup dalam menjalani discernment restrukturisasi komsel kali ini. Mari sama-sama berdoa sehingga semua anggota sel bisa menerima perubahan tersebut dengan hati yang terbuka.

“Everyone then who hears these words of mine and acts on them will be like a wise man who built his house on rock. The rain fell, the floods came, and the winds blew and beat on that house, but it did not fall, because it had been founded on rock. And everyone who hears these words of mine and does not act on them will be like a foolish man who built his house on sand. The rain fell, and the floods came, and the winds blew and beat against that house, and it fell—and great was its fall!” (Matthew 7:24-27). (LGA)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *