Sejak awal saya PDKT ke calon istri saya sebelum berpacaran, ada dua prinsip yang kami pegang: (1) kami harus berani terbuka, dan (2) kami harus mengikutsertakan Tuhan.
Setiap video call selalu kami akhiri dengan doa malam bersama. Di satu hari saya yang memimpin doa, di lain hari dia yang memimpin. Waktu awal kami bertemu, kami juga membuat aturan bahwa kami harus berdoa bersama sebelum makan, mau itu di rumah ataupun di luar. Satu hari saya yang memimpin, di lain hari dia yang memimpin.
Semingu terakhir ini, sejak kami memutuskan untuk membeli keyboard di rumah, kami memulai dan mengakhiri hari kami dengan Praise and Worship bersama. Tetapi, kenyataan memang tidak selalu semulus keinginan.
3 tahun kami berjuang untuk konsisten, 3 tahun itu pula kami terus dibentuk (dan akan terus dibentuk).
Bolong? Ada.
Malas? Ada.
Lupa dan ngantuk karena capek? Jelas ada.
But we keep reminding ourselves on “why we start” yaitu karena kami ingin belajar konsisten untuk terus mengasihi Tuhan apapun situasi dan kondisinya.
This means we know there will be days when our prayers are short and haste, but consistency teaches us to keep doing it.
There will be days when our worship is just a refrain of a song, rather than the whole song, but consistency teaches us to keep doing it.
Hari ini kami bisa melihat bahwa setiap malam kami selalu saling mengingatkan untuk berdoa bersama. Kami bahkan bisa tidak sengaja mengucapkan doa bersama-sama karena sudah tidak ingat lagi giliran siapa yang memimpin. We just pray, and pray, and pray. We worship, and worship, and worship.
Together with God, consistent action and drive will yield an everlasting habit. “We want each of you to show this same diligence to the very end so that what you hope for may be fully realized. We do not want you to become lazy, but to imitate those who through faith and patience inherit what has been promised.” (Hebrews 6:11-12)
Mari kita berjuang bersama untuk terus konsisten mengasihi Tuhan. 😊
(IVO)
No responses yet