Sudah beberapa tahun belakangan ini, kepala saya kerap sakit. Ketika sakit yang hebat mendera, saya pun tidak berdaya. Setelah konsultasi ke beberapa dokter, solusi yang dianjurkan dokter adalah operasi. Mendengar kata operasi, sudah cukup membuat saya kaget terlebih ketika dokter mengatakan risiko-risiko yang mungkin terjadi.
Hidup saya serasa akan berakhir. Perasaan sayapun bercampur aduk antara sedih, bingung dan takut. Setiap hari saya dibayangi berbagai kekhawatiran terutama ketika memikirkan anak-anak dan suami yang masih memerlukan saya. Pertanyaan “mengapa hal ini harus saya alami?” terus berloncatan dalam benak saya.
Namun sungguh Tuhan sangat baik. Ketika saya terpuruk, Dia mengingatkan akan firman-Nya dalam Roma 8:24-25, “Kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat bukan pengharapan lagi sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun”.
Firman Tuhan tersebut sungguh menguatkan dan meneguhkan sehingga pelan-pelan saya dapat menerima kondisi fisik saya dengan belajar mengucap syukur serta mengimani janji Tuhan. Sakit kepala saya masih sering kambuh tetapi pikiran dan sikap saya sudah berbeda dalam menyikapinya.
Tetapi Tuhan kita sungguh seorang Guru yang hebat. Dia tidak pernah mengajar atau mendidik kita setengah-setengah. Tidak cukup tentang pengharapan, Tuhan mendidik saya pula tentang iman melalui sakit kepala. Suatu siang sepulang sekolah, saya perhatikan bahwa anak saya berjalan agak pincang seperti menahan sakit. Saya bertanya apa yang terjadi di sekolah dan ternyata dia terjatuh ketika sedang berolahraga dan lututnya sakit seperti terkilir. Saya mengajak dia untuk ke dokter tetapi dia agak segan mungkin karena lelah. Akhirnya saya mengatakan kepada dia untuk berdoa saja minta agar Tuhan memulihkan lututnya yang sakit.
Malam hari sebelum tidur saya bertanya kepada anak saya apakah lututnya sudah membaik dan apakah dia sudah berdoa. Dia menjawab dengan tegas, “Sudah lebih baik Mum, aku tadi sudah berdoa, cukup satu kali. Tuhan pasti dengar dan besok pasti lututku sembuh.”
Wow! Saya kaget dan tersentak mendengar jawaban anak saya. Dia masih 13 tahun tetapi memiliki iman yang sungguh besar. Dia percaya bahwa berdoa cukup satu kali Tuhan pasti mengabulkan doanya dan lututnya pun pasti sembuh. Dan memang dua hari kemudian lututnya sudah tidak sakit lagi.
Saya pun teringat akan firman Tuhan, “Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk 11: 24). Firman Tuhan inilah yang diimani oleh anak saya. Mungkin saja dia belum pernah mendengar firman ini, tetapi dia memiliki kepercayaan yang besar akan kuasa doa dan mujizat Tuhan. Jawaban dan sikap anak saya dalam menyikapi lututnya yang sakit membuat hati dan pikiran saya lebih terbuka lagi bahwa ketika kita berdoa dalam PENGHARAPAN perlu disertai IMAN sehingga firman Tuhan berkuasa penuh dan mujizat pun terjadi.
Bagaimana dengan kita yang jauh lebih dewasa dan sudah tahu firman Tuhan? Terkadang kita belum sepenuhnya beriman seperti anak-anak. Sebagai orang dewasa kita sering memakai kekuatan sendiri dan hati kita tidak murni di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, kita perlu selalu datang kepada Tuhan seperti anak-anak yang memiliki hati yang tulus, mau belajar dan percaya sepenuhnya. (MI)
No responses yet