Apa alasan kita untuk melayani? Apakah karena mencintai Tuhan ataukah karena membutuhkan Tuhan? Sering kali jawaban yang dilontarkan adalah mencintai Tuhan, tapi apakah benar kita melayani karena alasan itu?
Dari dua DNA series yang lalu, kita belajar tentang hubungan kita dengan Tuhan. Sekarang kita belajar tentang hubungan dengan sesama, secara khusus lewat ministry (melayani).
Dalam Yoh 14: 15, Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.Ó Jadi mengasihi Tuhan berarti menuruti perintahnya. Mat 28:19-20Êadalah dasar mengapa kita melayani, karena Yesus sendiri yang memberikan perintah itu.
Apa yang seseorang bisa lakukan jika mencintai seseorang? Di Kej 29: 20, diceritakan bahwa Yakub oleh karena cintanya kepada Rahel, dia mau bekerja 7 tahun seperti syarat yang diberikan Laban. Bahkan setelah ditipu oleh Laban bahwa dia harus menikahi Leah dulu, Yakub rela bekerja 7 tahun lagi untuk mendapatkan Rahel. Jika manusia saja seperti Yakub bisa melakukan hal yang luar biasa (extraordinary), bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan.
Beberapa kesaksian dan tips untuk bisa bertahan dalam pelayanan serta menjadi pelayan Tuhan yang setia, termasuk tantangan dalam melayani dan beberapa cara untuk menanganinya:
- Hindari melayani dengan maksud tertentu/motivasi yang tidak benar. Jangan berbohong kepada diri sendiri dan kepada Tuhan dalam melayani. Ingatkan diri kita bahwa tujuan utama dalam melayani adalah menyenangkan hati Tuhan bukan manusia. Apapun pelayanannya, kita mau belajar setia. Tetap pertahankan semangat melayani dalam hati. God doesn’t call the qualified, but He qualifies the call. Tuhan bertanggungjawab atas orang-orang yang Dia pilih. Jangan takut dan kuatir, Tuhan akan berikan karunia-karunia yang kita butuhkan dan janji Tuhan indah pada waktu-Nya.
- Saat bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakter dan personalities, mula-mula memang tidak mudah tapi terus belajar untuk mengasihi, berdoa untuk orang tersebut dan pelan-pelan belajar mengenalnya dengan semakin sering berkomunikasi. Jika memang tidak sepaham/sependapat, katakan terus terang dengan kasih daripada hanya disimpan dalam hati.
- Sering kita dikecewakan oleh orang yang dekat dengan kita, termasuk dalam pelayanan. Jangan biarkan kekecewaan pada sesama pelayan Tuhan menghalangi kita untuk melayani. Jika merasa tidak dihargai dalam pelayanan, maka perlu untuk melihat lagi motivasi pelayanan kita, apakah untuk menyenangkan hati manusia ataukah Tuhan. Jangan gampang menyerah bila merasa tidak dihargai, tetaplah melayani. Yakobus 4:6, kita perlu minta agar diberikan jubah kerendahan hati dari Tuhan sehingga dalam segala keadaan, kita tetap bisa bertahan dalam pelayanan kita bahkan saat tidak ada yang menghargai kita.
- Jika merasa tidak layak melayani, jangan mundur dan gentar. Sadari bahwa kita tidak mampu berbuat apa-apa, melainkan hanya Tuhan yang memampukan kita. Minta kesanggupan dari Tuhan terutama melalui Sakramen Ekaristi.ÊKatakan iya pada pelayanan apapun yang ditawarkan pada kita. Dengan melayani maka kita akan temukan talenta-talenta kita.
- Ketika melayani Tuhan tetapi kemudian mendapat sesuatu yang sepertinya jelek dari Tuhan, namun saat kita tetap mau terus melayani, itu tidak mudah. Semuanya hanya oleh kasih karunia Tuhan (only by God’s grace). Dalam kesesakan dan pergumulan kita akan tetap bisa bertahan. Tetap ingat apa alasan kita melayani dan siapa yang kita layani, itu akan memberikan kekuatan agar kita tetap terus bertahan dan tetap melayani.
- Komitmen keluarga, seperti waktu dan anak, tidak akan menjadi penghalang bila pasangan suami-istri saling mendukung dan diperlukan pola pikir (mindset) yang berbeda sehingga pelayanan tidak menjadi beban.
- Dalam pelayanan akan ada masa-masa kita merasa jenuh atau capek, namun jangan menjauh dari pelayanan dan tetaplah melayani. Ingat lagi janji dan kasih mula-mula kita kepada Tuhan. Kunci untuk dapat survive dalam pelayanan adalah komunitas. Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang memberikan dampak positif dan mendukung kita.
(Michael Endang, Johnny & Jane Sasongko, Mariana Cahyo, Deveral Wijaya, Rio Varen and Yuly Johan; summarised by Felicia Novana)
No responses yet