Beberapa minggu terakhir, kesibukan saya sedang bertambah. Mulai dari mengurus pernikahan, pelayanan, dan pekerjaan. Hubungan dalam keluarga juga akhir-akhir ini sedang kurang baik.
Di tengah banyaknya pikiran dan kegiatan, jujur kehidupan doa saya kendor. Hari-hari yang cukup menguras tenaga membuat saya ingin bersantai saja sepulangnya di rumah. Mengobrol atau chat dengan teman juga rasanya ingin ditinggalkan sejenak.
Saya sadar kesibukan itu tidak akan ada habisnya. Saya sudah membayangkan bahwa setelah saya menikah tahun depan, pasti saya akan jadi lebih sibuk lagi. Mulai dari beragam adaptasi yang harus dijalankan sebagai pasutri, dan urusan lain-lain. Meski saya tahu kesibukan tidak akan pernah habis, namun seringkali saya masih menggunakannya sebagai alasan. Salah satunya alasan untuk tidak berdoa.
St Francis of Sales pernah mengatakan bahwa kalau setiap orang Kristiani membutuhkan waktu setidaknya setengah jam untuk berdoa, kecuali waktu kita sibuk, kita membutuhkan waktu satu jam. Pertama kali saya membacanya, saya merasa ini sebuah paradoks yang aneh. Tapi saat saya merenungkannya, Tuhan seperti meneguhkannya: semakin kita sibuk, kita semakin membutuhkan Tuhan – kekuatan, hikmat, dan tuntunan dariNya. Kalau kita sebegitu sibuknya sampai tidak ada waktu berdoa, berarti mungkin doa memang tidak sepenting itu dalam hidup kita. Karena kita akan selalu meluangkan waktu untuk hal yang kita anggap berharga.
Hari ini di tengah kesibukan, saya kembali berusaha membangun kehidupan doa yang rutin. Kalau memang tidak bisa in one go, setidaknya setiap saya mau beraktivitas saya selalu berdoa. Di saat ada jeda antara kegiatan, ada kesempatan juga untuk berdoa.
Semoga kita semua selalu mempunyai kehidupan doa yang baik hari ini. Jangan berkecil hati kalau sedang kesulitan, karena kita sama-sama masih berjuang, kawan. (IVO)
No responses yet