Kantor A tempat saya bekerja sekarang akan merge dengan bisnis yang membeli kantor tersebut dalam 2 minggu, sebut saja bisnis B. Manajer saya sekarang yang akan diangkat menjadi manajer operasional bisnis B sudah mewanti-wanti. “When we move to the new office, we need to adjust quickly and change their culture.”
Ya bisnis B memang jauh lebih besar tapi banyak masalah yang sudah mendarah daging. Ada karyawan yang bisa tiga bulan cuti tanpa izin dan kembali tanpa teguran. Ada staff yang hanya datang ke kantor when he feels like it. Bisnis B juga akan di audit bulan Juli nanti dengan standar yang tinggi dan bisa dibilang persiapannya masih sangat minim.
Well, that’s not the only busy thing for me in the near future. Kantor C, tempat lain saya bekerja juga akan diaudit 2x, satu minggu depan dan satu lagi di bulan Juni. On top of that, mereka baru kehilangan salah satu figur penting perusahaan sehingga banyak urusan terbengkalai.
Di saat semua kesibukan ini terjadi di waktu yang hampir bersamaan, saya sempat merasa overwhelmed. Overwhelmed yang diikuti dengan overthinking dan worry. Ujung-ujungnya, pikiran saya terasa penuh dan saya merasa beban saya begitu berat.
Tapi di sinilah pentingnya untuk terus berusaha membangun kehidupan rohani dalam doa dan firman. Tuhan menguatkan saya lewat ayat ini: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat 6:34)
Saya belajar untuk menikmati semuanya ini, be present in the moment, one day at a time, sambil terus menjaga kehidupan rohani saya agar jangan sampai kendor.
When life gets too hard to stand, kneel. (IVO)
No responses yet